Oleh: Andi Kusmayadi*
Filosof Heiraklitus pernah menyatakan “semua yang ada di dunia ini akan berubah, tidak ada yang abadi, kecuali perubahan itu sendiri”. Mau tidak mau, suka tidak suka, sadar ataupun tidak sadar perubahan telah, akan, dan sedang terjadi.
Yang menjadi fenomenal saat ini dan sering diperbincangkan oleh publik adalah Tuan Guru Bodak dengan segala sepak terjangnya pada geliat perpolitikan NTB. Gebrakan awal adalah Tuan Guru ini adalah mengumumkan dukungannya ke Dr. KH. Zulkifli Muhadli, S.H., M.M., yang akrab dipanggil Kyai Zul. Gebrakan kedua adalah mendeklarasikan dan memberi amanah tertulis dari jamaah Yatofa pada acara Haul Yatofa ke-23 kepada Kyai Zul, dan gebrakan ketiga adalah Launching Lombok-Sumbawa Motor Protection yang disingkat L-S Motor Pro.
Tiga gebrakan awal itu telah menjadikan Tuan Guru Bodak dan Kyai Zul menjadi headline di media cetak dan online. Selama ini Sudut pandang banyak pengamat sebagian besar ada pada pusaran politik praktisnya. Menarik untuk ditelusuri, dan menarik pula kita merubah sudut pandang, yaitu dari sudut pandang perubahan yang merupakan keharusan.
Apa yang sedang ingin dirubah oleh Kyai Zul dan Tuan Guru Bodak ini? Mari kita bedah dengan instrument Nilai-Ide-Issu. Rangkaian nilai-ide-issu adalah rangkaian langkah-langkah rasional sehingga menjadi terang benderang apa yang sedang dilakukan dan apa yang ingin dirubah oleh dua orang tokoh berpengaruh ini. Rangkaian ini tampak nyata dalam gebrakan-gebrakan yang telah dilakukan sehingga menjadi cukup mudah untuk direkonstruksi.
Apa nilai yang dibawa? Nilai yang ingin dibawa adalah Nilai Moral dan Akhlak yang Mulia, Kesejahteraan, Optimisme Kolektif, Ketegasan Pemimpin, Perlindungan Bagi Kaum Dhuafa dan Mustad’afin, serta pelestarian alam dan peningkatan daya dukung lingkungan.
Nilai yang didorong ini adalah nilai-nilai universal dan merupakan kegelisahan banyak orang. IPM Provinsi NTB yang selalu berkutat pada area buncit mengindikasikan bahwa ada penyakit lama yang susah sekali ditemukan obatnya. IPM Provinsi NTB yang telah dirilis oleh BPS juga mengindikasikan bahwa manusia NTB masih belum modern dan masih jauh dari sebutan maju. Indeks ini juga menyiratkan bahwa sebagian besar penduduk NTB belum mampu mengakses skim-skim di perbankan, belum mampu membela diri di hadapan hukum di tengah maraknya ketidakadilan hukum, masyarakat NTB masih sangat rentan tertipu, masyarakat masih belum memiliki kultur kehidupan bersih dan sehat, dan masyarakat NTB harapan hidupnya rendah, akibatnya investor akan ragu menanamkan uangnya, masyarakat menjadi tidak produktif, dan terpuruk pada lingkaran kemiskinan. Ini menyedihkan.
Apa Ide yang didorong? Ide yang didorong oleh Kyai Zul dan Tuan Guru Bodak adalah Ide perubahan, perubahan pada sendi-sendi kehidupan NTB, sendi-sendi kehidupan sosial-ekonomi, dan perubahan mindset masyarakat NTB.
Ide yang didorong adalah perubahan. Kondisi IPM yang terus menerus berada pada angka yang menyedihkan itu perlu dicarikan jalan keluar yang radikal. Indeks IPM NTB yang hanya unggul satu strip di atas Papua dan menempati posisi 32 dari 33 provinsi harus segera ditingkatkan dengan cara-cara radikal. Apa cara radikal itu?? Penulis berpandangan bahwa Pembangunan Manusia ada pada 2 pilar utama yaitu pendidikan dan kesehatan. Pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan harus dilakukan secara massif. Pendidikan dan kesehatan gratis adalah bentuknya. APBD Provinsi NTB harus rela “berpuasa” untuk massifikasi program pendidikan dan kesehatan gratis. Lakukan kebijakan subsidi pendidikan dari TK hingga Perguruan Tinggi. Harus massif! Dan ini hanya bisa dilakukan melalui kepemimpinan yang kuat, penuh ambisi dan optimisme tinggi.
Perubahan mindset yang didorong adalah tentang perkaderan kepemimpinan. Pemimpin tidak boleh dibatasi oleh suku dan etnik. Parpol harus menjadi katalis penyedia kader-kader terbaik untuk berlaga pada pemilukada NTB. Perubahan mindset ini coba dipelopori oleh Tuan Guru Bodak dan Para Tuan Guru lainnya yang berada di Pulau Lombok. Bahwa Pemimpin itu bisa datang dari mana saja asal memenuhi kriteria kepemimpinan dan dipercaya mampu menjadi solusi dari permasalahan. DKI Jakarta saja “meng-impor” Jokowi dari Solo untuk berlaga di Pemilukadanya.
Gerakan para Tuan Guru itu seperti berkata: Tinggalkan saja mainstream usang “Gubernur dari Pulau Lombok, Wakil Gubernur dari Pulau Sumbawa, tinggalkan mindset usang itu, mindset yang akan membuat langkah mundur”.
Apa issu yang disebarkan oleh Kyai Zul dan Tuan Guru Bodak? Issu yang disebarkan adalah suksesi kepemimpinan Gubernur NTB pada Pilgub 2013 dengan Kyai Zul sebagai Gubernur NTB Tahun 2013-2018, seorang Kyai dari Pulau Sumbawa, bergelar doktor dan kini menjadi Bupati Sumbawa Barat. Mengapa Kyai Zul?
Kyai Zul, kini memimpin Kabupaten Sumbawa Barat yang pada tahun 2013 nanti akan berusia 10 tahun, Kyai Zul, seorang bupati dua periode, dan satu-satunya Kepala Daerah di NTB yang pasangannya tetap pada periode ke-dua dikala kepala daerah lain berganti pasangan pada saat mencalonkan diri untuk kali kedua. Kyai Zul memiliki ambisi kuat untuk menjadikan wilayah yang dipimpinnya mampu menjadi daerah percontohan. Kyai Zul menetapkan 9 (Sembilan) kebutuhan dasar bagi masyarakat, yaitu Sandang, Pangan, Papan, Kesehatan, Pendidikan, Kesempatan Kerja, Rasa Aman, Rasa Nyaman, dan Rasa Senang.
Di awal kepemimpinannya, gebrakan kebijakan populisnya yaitu kebijakan kesehatan dan pendidikan gratis. Anak yatim dan fakir miskin harus sekolah dan mendapatkan layanan kesehatan yang layak. Ini dilakukan secara massif. Seperti apa yang sering diungkapkan oleh Kyai Zul: “Akan kita pindahkan emas di batu hijau itu ke kepala generasi masa depan KSB” dan “tidak boleh seorang pun warga KSB yang menangis menahan sakit karena tidak punya biaya”.
Kebijakan populis itu efektif menurunkan angka TKI/ TKW dari KSB sampai 75% dan meningkatkan produktivitas masyarakat. Kesehatan dan pendidikan gratis telah meningkatkan saving (simpanan) masyarakat untuk digunakan bagi kepentingan pokok lainnya. Disamping itu, ditetapkan kebijakan subsidi kepada masyarakat lansia, kebijakan dana stimulus ekonomi, Koperasi Berbasis RT, Subsidi Pajak Bumi dan Bangunan, Subsidi Biaya Air Bersih, insentif bagi guru ngaji , dan insentif RT pada Model Pembangunan Berbasis RT.
Sekali lagi, rangkaian kebijakan subsidi ini efektif untuk meningkatkan produktivitas masyarakat, meningkatkan kinerja birokrasi dan untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah, Kyai Zul membuat tradisi baru yang masuk rekor MURI yaitu Progress Report langsung di hadapan masyarakat banyak dimana masyarakat dapat mengevaluasi kinerja Pemerintah secara terbuka.
Pada permasalahan perumahan tidak layak huni, Kyai Zul menetapkan kebijakan Bebas Rumah Tidak Layak Huni sejumlah 3.883 unit rumah, dan KSB kini pada track Kabupaten pertama yang bebas rumah tidak layak huni pada tahun 2012. Permasalahan connecting antar daerah, Kyai Zul merevitalisasi bandara sekongkang untuk membuka semua akses agar cepat dan mudah.
Pada Permasalahan pangan, Kyai Zul membangun bendungan Bintang Bano, membantu para kelompok tani dengan program bantuan handtractor. Permasalahan banjir yang sering menghantui warga akibat sejarah banjir besar tahun 2000 dipecahkan dengan menjebol tanggul yg menghalangi air ke Danau Lebo dengan talang irigasi, dan resolusi pemindahan pedagang pasar tradisional di KSB berlangsung tanpa kerusuhan, damai dan lancar.
Rangkaian kebijakan “radikal” mustahil dilakukan tanpa visi dan kemauan kuat dari pemimpinnya, mustahil terlaksana tanpa ambisi dan leadership sang pemimpin. Rekam jejak itulah yang ingin ditularkan oleh para Tuan Guru yang ada di Pulau Lombok . Rekam jejak Kyai Zul itulah yang ingin diterapkan di lingkungan yang bernama NTB ini.
Kini gerbong perubahan itu sudah bergerak dengan Keputusan Partai PBB mengusung Kyai Zul, lokomotifnya Para Tuan Guru di Pulau Lombok untuk mempertegas keberpihakan kepada kaum dhuafa dan mustad’afin, untuk mewujudkan “Bapak bagi Anak Yatim, Sahabat Bagi Fakir Miskin” dan mengusung semangat perubahan melalui suksesi kepemimpinan NTB dengan Kyai Zul sebagai Gubernur NTB Tahun 2013-2018.
Sejatinya, Gubernur NTB Tahun 2013-2018 telah tercatat di Lauhul Mahfudz.
*) Anggota KAHMI (Korps Alumni HMI) NTB
About The Author
Trending di KOBARKSB.com
- 81
Taliwang – Ragam sikap dan tanggapan beberapa kalangan di NTB atas rencana Kyai Zul untuk maju pada Pilgub NTB 2013 membuat Genderang perpolitikan di NTB sudah mulai terdengar. Para ahli ilmu politik dan segenap politisi seperti dibangunkan dari tidur panjang untuk memberi respons. Aneka pemikiran pun bermunculan. Sejumlah partai politikpun…
- 68
Oleh: Sajadah Amir* Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari Benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya,. Wakaf ialah perbuatan untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu…
- 65
Setelah sekian lama menunggu siapa setelah DR. KH. Zulkifli Muhadli yang akan maju memperebutkan kursi NTB 1, akhirnya DR. TGH. M. Zainul Majdi yang notabene gubernur NTB yang sedang menjabat secara resmi mendeklarasikan dirinya untuk ikut pada bursa Pemilihan Gubernur tahun depan. “Ini lepas dari pemerintahan, siang hari ini, saya…
- 62
Selama mengikuti perjalanan Kyai Zul (DR KH Zulkifli Muhadli SH MM) di pulau Sumbawa dan Pulau Lombok, banyak hal yang bisa dijadikan contoh dari calon Gubernur NTB 2013 – 2018 itu. Tidak hanya program yang ditawarkan, attitude (sikap dan prilaku) Bupati KSB itu dan Calon Wakil Gubernur yang akan mendampinginya…
- 59
Calon Gubernur NTB, DR KH zulkifli Muhadli SH MM (Kyai Zul), mendapat sambutan luar biasa selama melaksanakan roadshow silaturahmi di Dana Mbojo (Bima – Dompu). Ada banyak alasan kenapa di semua tempat yang dikunjungi, tokoh yang juga Bupati KSB itu selalu mendapat perhatian luas dan dianggap sebagai ‘harapan baru’ untuk…
- 56
Calon Gubernur NTB, DR KH zulkifli Muhadli SH MM (Kyai Zul), mendapat sambutan luar biasa selama melaksanakan roadshow silaturahmi di Dana Mbojo (Bima – Dompu). Ada banyak alasan kenapa di semua tempat yang dikunjungi, tokoh yang juga bupati KSB itu selalu mendapat perhatian luas dan dianggap sebagai ‘harapan baru’ untuk…
Komentar
Klo kata Iwan Fals,,,” masalah moral, masalah akhlak biar kami cari sendiri,,,urus saja moral mu, urus saja akhlakmu..!!!