Mataram, KOBAR – Jika dahulu, kelor dipandang sebelah mata. Itu, karena kelor dianggap cuma sayuran biasa, sehingga harganya pun tak seberapa. Kini kelor adalah komoditas luar biasa. Kelor bisa diolah jadi teh, kopi, sabun, hand body, masker kecantikan, pasta gigi, dan lain-lain.
“Sekarang kelor adalah simbol kemakmuran. Di NTB, kelor sudah naik kelas. Apa yang membuat kelor naik kelas? Jawabannya adalah berkat hadirnya industri pengolahan kelor,” kata Dr H Zulkieflimansyah, Gubernur NTB, saat meresmikan pabrik pengolahan kelor Tri Utami Jaya, yang berlokasi di BTN Sweta Indah, Kota Mataram, Senin, (11/1).
Industrialisasi itu, lanjut Gubernur, bekerja dengan cara seperti ini. Industrialisasi membuat harkat dan martabat komoditas-komoditas lokal meningkat. Hasil alam yang dulu terpinggirkan, dianggap remeh, dan bernilai rendah, bisa disulap jadi produk-produk bernilai tinggi.
Dengan adanya industri pengolahan kelor ini, kata Gubernur, telah menyerap tak kurang dari 50 orang tenaga kerja. Selain itu, NTB juga mendapatkan bonus lain, berupa tumbuhnya pusat-pusat penanaman pohon kelor di berbagai daerah, sebagai pemasok bahan baku kelor untuk pabrik ini.
“Tumbuhnya pohon-pohon kelor ini, akan ikut menjaga kelestarian alam kita, terutama lahan-lahan kering di Pulau Sumbawa. Ayo hijaukan hutan-hutan kita dengan menanam kelor. Kelor bisa diolah menjadi teh, kopi, sabun, hand body, masker kecantikan, pasta gigi, dan lain-lain,” ucap Gubernur.
Kesejahteraan dan kemakmuran, tambahnya, akan sulit dicapai oleh suatu daerah tanpa adanya industrialisasi. Sehingga industrialisasi menjadi kebutuhan suatu daerah. Tak terkecuali NTB.
“Pak Nasrin, pemilik pabrik teh kelor Tri Utami Jaya ini, telah membuktikan kepada kita. Bahwa, industrialisasi memang menjadi pembuka pintu kesejahteraan bagi masyarakat. Selamat, untuk hadirnya industri kelor terbesar di NTB!,” demikian Gubernur NTB. (kdon)
Komentar